[VBAC] Sakha's Birth Story

by - Tuesday, January 23, 2018


Proses melahirkan Syakira (anak pertama kami), mungkin bukanlah hal terindah, hal yang patut saya banggakan karna kami harus menjalani operasi Saecar berencana. Penyebabnya? Karna vonis dokter, bahwa PANGGUL SAYA SEMPIT! Sedih divonis seperti itu. Tapi saat itu, ilmu dan kepasrahan saya pada Allah masih sangat minim. Dengan postur tubuh saya yang mungil, ditambah tafsiran BBJ (berat badan janin) Syakira yang mencapai 3,25 kg, membuat saya percaya begitu saja akan perkataan dokter. :')
Saya menyerah, tapi tetap berdoa, optimis, semoga di persalinan berikutnya, saya bisa melahirkan alamiah, normal, pervaginam. Meski secara medis, wanita dengan panggul sempit, selamanya tidak akan bisa melahirkan secara normal alamiah.

Hamil Sakha, saya bertekad membuktikan bahwa PANGGUL SAYA TIDAK SEMPIT! 
Saya berusaha meyakinkan diri bahwa saya normal, layaknya wanita lainnya yang bisa melahirkan secara alamiah. Dan inilah kisah singkat perjalanan persalinan saya yang kedua..

Baca juga : 
Lika Liku Hamil Sakha
Wisata Rumah Sakit Yuk Bu

38w (21 Desember 2018): Jadwal kontrol ke dokter. Di usia ini, bagi pasien VBAC, pertanyaan wajib yang perlu ditanyakan ke dokter adalah tentang SBR (Segmen bawah rahim) atau ketebalan rahim. Standar minimalnya bervariasi; ada yang 2mm, 4mm, 6mm, 10mm.
SBR saya? 4,7mm. Bagi dokter saya, ini masih kurang (standar beliau 6mm). Posisi janin? Oke tapi belum masuk panggul. Kepala miring ke kiri.
Tadinya yang saya harap hari itu beliau menyetujui birth plan terbaru saya, malah menyarankan saya untuk melahirkan di RSUD, dengan dokter siapapun yang sedang jaga saat itu. Artinya? Birth Plan saya tidak akan ada gunanya. Beliau menolak saya :') Alasannya karna SBR dan posisi janin itu. Beresiko, ujar beliau. Dan RSUD adalah pilihan yang tepat karna peralatannya paling lengkap di kota kami. (Salah saya, kenapa tidak menghiraukan pesan dokter saya ini. Harusnya saya wisata RS!) 😭
Maka sejak detik itu, saya bertekad untuk tidak mengandalkan beliau. Saya STOP usg dengan dokter siapapun. Saya tetap akan berusaha dan menunggu.
Kebetulan suami sedang off kerja saat 38w ini, jadi saya gencar induksi alami sejak saat ini. Namun kontraksi plasu saja yang didapat. (Baca : Induksi Alami untuk Mempercepat Persalinan

40w (4 Januari 2018): Kontrol ke bidan langganan.
Kepala bayi masih belum masuk panggul. Dengan riwayat kehamilan saya yang sampai 41w belum juga masuk panggul, bidan saya jadi pesimis. "Udah pasrah aja kalau SC lagi. Belum masuk ini.", ujar beliau. "tapi kalau mau tetap nunggu, ya ngga apa2 sih. Mba nya berani kok.", celetuk beliau lagi.
Saya memilih untuk tetap menunggu. Tapi dengan opini dari bidan saya yang seperti itu, saya jadi galau, sooo pasti 😥 

40w1d (5 Januari 2018): Harusnya saya mulai wisata RS, tapi kegalauan lebih besar dari logika haha!
Bidan dan dokter andalan sudah menolak saya semua, suami sudah di penghujung cuti kerja & harus segera balik kerja. Di sela2 kegalauan itu, saya meminta ijin suami untuk ke bidan yang pro gentle birth di kota kami sebagai ikhtiar mencari tenaga kesehatan yang mau menerima saya. Suami alhamdulillah mengijinkan.

40w2d (6 Januari 2018): Kami ke bidan yang pro gentle birth.
Sejak subuh, saya merasakan gelombang cinta (kontraksi) yang tidak biasa. Gelombang cinta ini tidak hilang meski saya beraktifitas. 
Start siang ini, saya nyalakan aplikasi "Kontraksi Nyaman" dari Bu Yessi (bisa didownload di playstore) sambil mendengarkan alunan afirmasi dari Bu Yesi yang menenangkan hati. 💕
Sore hari, kami ke bidan pro gentle birth tersebut. Kontraksi masih ada. Besar sekaliii harapan saya bahwa bidan ini akan memeberikan sugesti positif dan akan bersedia menerima saya untuk melahirkan dengan beliau di kliniknya. Tapi hasilnya ternyata kebalikannya.
Setelah melakukan USG & VT yang ternyata belum ada pembukaan namun kepala sudah mulai masuk panggul meski hanya 1/5, beliau langsung menyuruh saya untuk segera SC saja! Karna sudah lewat HPL. Kecewa? Bangeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet! Tapi yasudahlah. Saya tutup telinga! saya tetap menunggu! Setidaknya, saya bahagia karna dugaan saya benar : kepala bayi saya mau masuk panggul saat kontraksi asli dimulai. 😘

40w3d (7 Januari 2018): Hari H
Tengah malam saya terbangun untuk pipis. Subhanallah, saya bahagia sekali! Lendir darah mulai keluar! :') Kontraksi memang tidak hilang-hilang sejak kemarin, namun malam itu saya tetap bisa tidur meski sebentar-sebentar. Tapi begitu melihat si lendir merah itu, saya jadi tidak bisa tidur! 😁 saking girangnya. Saya memutuskan untuk menikmati gelombang cinta sambil duduk, bergoyang2 di atas gymball dan membaca buku tentang persalinan, berharap semoga hari ini saya benar2 melahirkan.
Subuh datang, saya memberi tahu suami saya, "bi, kayanya hari ini ho*** mau lahiran. Pagi ini kita ke bu tutuk ya buat ngecek pembukaan (bidan langganan kami)".

~ Ke Bidan Langganan ~ 
Jam 7 saya sudah siap berangkat. Sengaja saya dandan yang cantik sesuai pesan dari teman2 di grup Keluarga Gentle Birth : "Kalo mau ketemu tamu agung, harus cantik dong ya. Lipstik mode on!" 💋
Alhamdulillah, hasil VT, pembukaan 1, kepala sudah masuk panggul.
Dari hasil VT itu, saya sudah berharap bahwa bidan saya mau menerima saya lagi. Tapi nihil! Lagi-lagi karna sudah lewat HPL, jadi beliau tidak berani mengambil resiko.
Beliau menawarkan untuk dirujuk. "Terserah mau dirujuk kemana? Saya ngikut saja. Hanya saran saya, ke RSUD aja yang alatnya lengkap. Kalau di RSUD, insya Allah diusahakan normal dulu. Tapi harus sabar karna disana antri banyaak. Kalau di RS lain, tergantung dokternya berani atau ngga untuk nunggu." (Kalau Anda di posisi saya, pilih yang mana buuu?)
Saya memilih untuk ke RSUD.
"Langsung berangkat ya ini. Jangan tunggu sampai siang karna disana nanti ngurus administrasi, ambil darah, dsb dulu. Semoga lancaaar semuanya. Kabar2i ya nanti.", pesan beliau.

~ On the Way RSUD ~
Saya bukannya tidak tahu ilmu dasar persalinan bahwa pembukaan 1 itu masih kala awal persalinan, yang tiap orang berbeda2 lama-sebentarnya (Kala Laten persalinan adalah pembukaan 1-4. Ada yang berhari2 masanya, ada yang cepat, hanya beberapa jam), atau tidak menghiraukan saran teman2 di grup KGB untuk berlama-lama di rumah saja sampai kontraksi makin aduhai. Tapi entah, mungkin karna Allah memang menggerakkan hati saya untuk tetap berangkat sesuai pesan bidan saya, juga karna saya merasa sudah siap tempur, maka saya pun berangkat! (Baca : Alat Tempur untuk Menjalani Persalinan yang Aktif dan Nyaman)
Di perjalanan, saya berpesan pada suami untuk pelan2 saja, santai. Dengan harapan, barangkali nanti sampai RS sudah pembukaan 4 haha! Sambil saya atur napas, tetap senyum saat kontraksi datang & mendengarkan afirmasi Bu Yesi di aplikasi Kontraksi Nyaman.
Selama perjalanan, saya rehidrasi diri dengan banyak minum dan makan 6 butir kurma. "Saya siap melahirkan hari ini. saya harus kuat!", pikir saya.
Kami juga masih sempat ke supermarket di kota kami untuk membeli 2 karton susu UHT untuk anak pertama kami. Hingga akhirnya kami sampai di RS jam 9.
Saya merasa bersyukur, bisa menjalani kontraksi dengan nyaman selama pembukaan 1 itu. Ah ternyata, pembukaan 1 itu rasanya ngga ada apa2nya! 😂 Makin pembukaan, makin aduhaiiiiiii buuu.

~ Di RSUD ~

Jam 9 di RS. Kami langsung masuk RSUD.
Saya ditensi, dimasukkan ke UGD. Suami mengurus administrasi dsb.
Selama di UGD, saya berusaha rileks. "Saya bukan orang sakit! Saya tidak boleh terlihat lemah. Saya harus kuat! Saya akan melahirkan hari ini!", sugesti saya.
Jadi selama ditinggal sendiri di UGD, saya duduk bersila dengan posisi butterfly pose sambil bergerak maju mundur, berputar2, sama seperti saat saya sedang yoga. Fungsinya? agar panggul lebih melebar sehingga kepala bayi bisa makin turun, pembukaan bisa makin bertambah.

Hasil gambar untuk butterfly pose
butterfly pose

Sedihnya, eh ternyata, masih pembukaan 1 longgar bu. :')
Salah satu bidan sempat nyeletuk, "kenapa kok dirujuk disini? Masih pembukaan 1 kok sudah ke RS?" Dari sini mulai galau, "iya ya. Kenapa juga aku ke RS cepet2?" haha tapi nasi sudah jadi bubuuuur. Udah terlanjuur.
Ah, dan saat saya menolak untuk diinfus karna saya merasa sehat2 saja, saya malah kena omelan. 😕  
Sebelnya lagi, masih pembukaan 1 sudah langsung dibawa ke ruang VK (ruang bersalin). Ini yang salah, saya atau pihak RS ya? Sayaaa! Sayaaa! 😂😂

Masuk ruang VK, dengan riwayat saya dengan persalinan SC sebelumnya, bidan2 sudah menganggap remeh, "SC lagi ya bu?". Saya tegas menjawab, "mau usaha normal dulu bu!". "Ya sudah nunggu dokternya dulu ya. Nanti di USG & diputuskan gimana baiknya. Soalnya (lagi-lagiii) sudah lewat HPL sih bu." (oke fine! Kupingku kebaaal dengan kalimat "lewat HPL")

Dokter datang & langsung di USG.
Dokter : "semua oke. Tapi langsung SC aja ya. Soalnya udah lewat HPL"
Saya : "Tapi saya sudah pembukaan 1 ini dok. Saya mau usaha normal dulu."
Dokter : "Ok kalo gitu kita tunggu 1 x 24 jam ya."
Alhamdulillah, ada harapan.

Intervensi mulai saya rasakan sejak detik itu. RS ini punya SOP (Standar Operasional Pemerintah -- bener ngga sih? wkwk) yang sangat ketat! 
- Suami/keluarga tidak boleh masuk sebelum pembukaan lengkap
- Tidak boleh membawa barang berharga (HP bahkan bantal tidak boleh! Padahal bantal ini wajib buuu, apalagi buat yang sudah KPD (ketuban pecah dini))
- Bila haus atau perlu sesuatu, hubungi keluarga/suami. Jadi suami/keluarga HARUS stand by 24 jam di luar kamar VK!
- Ibu hamil tidak boleh banyak gerak. Naik turun tangga untuk memperlancar persalinan juga ngga boleh.
- 1 kamar VK diisi kurleb 13 kasur. Jadi tidak akan ada cukup ruang untuk gymball. Oh welllll..
Dengan kondisi demikian? Saya hanya bisa membawa camilan kurma, coklat, Essensial oil peppermint, stress away, lavender (saya memakai merk YLEO. Beli yg ukuran 2ml aja 😬), 2 gelas air putih, 1 botol kecil air zam zam, mp3 berisi audio hypnobirthing & 1 buku panduan persalinan (saya membawa buku Catatan Ayah Pintar karya bu Yesi). Dan saya mulai sadar bahwa saya harus berjuang sendiri, mengandalkan pertolongan Allah dan ilmu yang sudah saya pelajari selama ini. Oh itulah pentingnya wisata RS ya bu. Agar tidak terjadi kejadian mengejutkan seperti iniii.

Saya menunggu kontraksi datang. Tapi kontraksi itu hilang siang itu. Maka saya usaha bolak-balik ke kamar mandi untuk berdiri-jongkok, goyang inul, naik turun tangga 10 x (sembunyi2), jalan mondar mandir (dengan tatapan sinis & aneh para bidan haha!), duduk dengan posisi butterfly pose, sampai akhirnya sore hari datang. Saya minta di VT karna keluar lendir darah lagi. Pembukaan 2!

Saya mulai tidak kuat mondar-mandir ke kamar mandi. Hal yang bisa saya lakukan adalah duduk. Berkali-kali saya minta untuk bertemu suami saya. Bila suami saya tidak boleh masuk, saya ingin diijinkan untuk keluar menemuinya. Tapi tidak diperbolehkan. (saya sampai membuat surat yang rencananya saya titipkan ke bidan untuk diberikan ke suami saya, tapi tidak jadi karna suami saya sedang tidak stand by saat itu 😅)
Sampai akhirnya magrib tiba. Para suami akhirnya boleh masuk.
Saya sudah bercucuran air mata saat suami saya masuk ruangan. Kami sepakat bahwa bila sampai tengah malam nanti saya belum lahiran & suami diminta tanda tangan persetujuan SC, suami saya akan menolak! Dan kami akan pulang atau pindah RS lain.

Saya makin tidak kuat hanya untuk duduk saja. Saya berbaring model SLR (Side Lying Release) sambil saya naikkan kaki kanan saya ke atas penyangga kasur sebagai ganti bantal/peanut ball agar pembukaan makin tambah. Sambil menggoyang2kan pantat agar nyeri kontraksi tidak terlalu terasa.
Hasil gambar untuk side lying release
side lying release
Penyangga kasur


Saat nyerinya rasanya tak tertahankan, saya hanya bisa :
- menyebut nama Allah
- membaca asmaul husna
- membaca "hasbiyallah, wanikmal wakiil"
- membaca "hasbiyallahu laa ilaaha illahu alaihi tawakkaltu wahuwa robbul arsyil adhim"
- membaca "allahumma laa sahla illaa ma ja'altahu sahla, wa anta taj'alul hazna idza syi'ta sahla"
- meminta tolong agar dimudahkan, dipercepat proses pembukaannya. Berharap semoga bisa langsung lompat ke pembukaan 6 atau 7.

Makin lama makin berdatangan ibu2 hamil di ruang VK. Bidan2 bersautan, "ini udah pembukaan 4. Ini udah pembukaan 6, dsb". Daripada down atau kecil hati, saya mensugesti diri, "mereka masuk ruangan sini sudah saat kala aktif, pit. (Kala aktif = pembukaan 4 ke atas) Kamu harus berjuang, berusaha lebih giat lagi kalo gitu ya."

Isya di VT. Saya rasanya ingin menangis saat bidannya bilang, "pembukaan 7 longgar dok! Aktif ini!" Subhanallah!! 😢😢😢

Jam 9, giliran dokter yang VT. Masih pembukaan 7.
Sepertinya dokter sengaja memecahkan ketuban saya waktu itu. Alasan standar, untuk mempercepat pembukaan, yang dalam ilmu gentle birth, mengganggu proses alamiah persalinan. 
Rasanya makin aduhaaaaaai.

Jam 10/11 (saya lupa) rasanya ngga tahan ingin mengejan. Pembukaan 9!

Beberapa menit kemudian, suami saya diminta untuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk saya dan bayi saya. Dia diminta masuk untuk menemani saya. 
Setelah berkali-kali mengejan, lupa kontrol napas karna kurang latihan selama hamil, akhirnya Sakha lahir jam 23.20 dengan BB 3.160 kg. Mandapat oleh2 jahitan luar dalam karna di episiotomi (digunting perineumnya) dan melahirkan dengan posisi standar RS (litotomi/berbaring) sambil ngangk*** lebaaar. Kami IMD sekitar setengah jam saja karna Sakha tidur. Lalu kami sama2 istirahat sampai kurang lebih 2 jam sebelum kami masuk kamar.

Sangaaaaaat jauh dari harapan saya, tapi alhamdulillah, saya berhasil VBAC & membuktikan bahwa
PANGGUL SAYA TIDAK SEMPIT!!

Hal yang tetap patut saya syukuri dari melahirkan di RS ini adalah peraturannya yang WAJIB menyusui bayi eksklusif (pro ASI) dan rooming in (bayinya sekamar dengan ibunya).
Qodarullah, kami diinfokan bahwa ketuban saya sudah hijau saat saya melahirkan. Dikhawatirkan, Sakha menghisap ketuban itu. Jadi dia butuh disuntik antibiotik selama 3 hari (6x suntikan) namun tetap rooming in dengan saya.

Segala yang terjadi di persalinan ini, Allah sudah menuliskannya di lauhil mahfud.
Allah sudah pastikan apa saja yang akan terjadi. Apa yang mampu saya tempuh.

Saya sangaaat bersyukur, saya dan bayi saya sehat.
Saya sangaaat bangga menjadi bagian dari Keluarga Gentle Birth, bertemu dengan bu Yesi, bu Erie, mba Alia, mba Natalie, dan teman2 di Keluarga Gentle Birth yang selalu memberi energi positif pada saya. Ilmu yang saya dapatkan, cinta kasih dan perhatian tiada tara dari mereka amat sangat berharga bagi saya. 💕💕

Semoga kisah persalinan ini membawa banyak manfaat bagi teman-teman yang membaca ini.
Ambil baiknya, buang buruknya. 
Terima kasih. 😘😘
  

You May Also Like

6 komentar

  1. mbak boleh tanya ini lahirannya dimana? sy sedang hamil setelah anak pertama sy lahir dgn proses sc, usia anak pertama saya 17 bulan sy sedang mencari info untuk vbac. terimakasih sebelumnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Maaf baru buka blog lg mba hehe
      Sy lahiran di rsud jombang mba. Mba bs tanya2 nakes yg pro vbac di daerah mba via grup2 wa mba. Atau bs join grup telegram ceritavbac. Bs dm dulu di ig nya ya klo mau join

      Delete
  2. mb blh tau tinggi badan brp? sy jg didiagnosa panggul sempit akhirnya sesar pas pembukaan 2 krn dokternya gak mau nunggu, rencana mau vbac dikehamilan ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sy 149cm mba tingginya. Dibilang kepala msh tinggi gt ya mba posisinya?
      Mulai dr skrg bs cb cari rs atau nakes yg pro vbac mba. Semoga Allah mudahkan jalannya ya, ketemu jodoh nakesnya buat bs vbac

      Delete
    2. Oya jgn lupa usaha ekstra ya mba. Byk baca ttg upaya agar posisi bayi bs optimal. Biar lahirannya makin lancar

      Delete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Follow Us @ameera_syakira