*Belajar Membaca untuk Anak Usia Dini melalui Metode Montessori*

by - Monday, December 18, 2017

*Belajar Membaca untuk Anak Usia Dini melalui Metode Montessori*
Oleh *Julia Sarah Rangkuti*

Bunda, tema *calistung untuk anak usia dini* saat ini masih menuai prokontra di kalangan orang tua. Beberapa pakar parenting berpendapat bahwa kegiatan calistung ini sebaiknya dikenalkan saat anak sudah mencapai tingkat intelektual di atas 6 tahun. Namun, sebagian lainnya berpendapat bahwa kegiatan membaca dan menulis dapat distimulasi sejak anak usia dini. Saya pribadi menyetujui pendapat kedua, bahwasanya anak usia dini boleh distimulasi dengan kegiatan membaca dan menulis asalkan orangtua memperhatikan 2 hal: *kesiapan anak dan metode yang diberikan*.

Menurut Leonhardt, anak-anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang tinggi. Mereka akan berbicara, menulis, dan memahami gagasan-gagasan rumit secara lebih baik. Dengan demikian, kegemaran membaca harus dikembangkan sejak dini. Sedangkan Montessori dan Hainstock mengemukakan bahwa pada usia 4-5 tahun anak sudah dapat diajarkan menulis dan membaca, bahkan membaca dan menulis merupakan permainan yang menyenangkan bagi anak usia dini.

Membaca sendiri merupakan keterampilan bahasa tulis yang bersifat reseptif, sehingga kegiatan ini termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. *Membaca merupakan proses untuk memahami makna suatu tulisan*. Proses yang dialami dalam kegiatan membaca adalah: mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi, mengenali makna, menyimpulkan bacaan sesuai konteks wacana.

Bunda, sebelum anak diperkenalkan dengan proses belajar membaca, tentunya perlu kita sepakati bersama bahwa *menumbuhkan anak menyukai kegiatan membaca jauh lebih penting daripada anak dapat cepat membaca*. Kita ingin anak-anak kita cinta belajar bukan hanya sekadar bisa membaca. Dengan demikian, stimulasi dengan membacakan buku kepada anak sebaiknya dilakukan jauh lebih dulu daripada mengajarkan anak membaca dan mengenal huruf. 

Kemampuan membaca pada anak berkembang dalam beberapa tahap. Menurut Cochrane Efal sebagaimana dikuti Brewer perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa tahapan, yaitu:
a.    Tahap fantasi (magical stage)
Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku, melihat, membalik halaman buku, juga membawa buku kesukaannya.
b.    Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage)
Pada tahap ini anak terlibat dalam kegiatan membaca dengan berpura-pura membaca buku, memaknai gambar berdasarkan pengalaman yang diperoleh, juga menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan tulisan. 
c.    Tahap membaca gambar (bridging reading stage)
Pada tahap ini anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, anak juga sudah mulai mengenal huruf abjad.
d.    Tahap pengenalan bacaan (take off reader stage)
Pada tahap ini anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan, serta membaca berbagai tanda, misal: papan iklan, kotak susu, rambu lalu lintas, dll.
e.    Tahap membaca lancar (independent reader stage) 
Pada tahap ini anak sudah dapat membaca tulisan dengan lancar.

Bunda, sebelum mengajarkan anak membaca ada baiknya kemampuan pramembaca (pre reading skills) anak dipupuk jaaauuh sebelum anak-anak kita harapkan bisa membaca. Kemampuan tersebut antara lain:

*1. Kaya Kosa Kata*
Sejak bayi sering-seringlah berdialog dengan anak kita. Meski mereka belum bisa menanggapi, tapi mereka mendengar-merekam dalam memorinya. Saat memandikan, memakaikan baju, menyusui, menyuapi makan, dll berdialoglah.

*2. Kesadaran akan Tulisan Cetak*
Membacakan buku pada anak ternyata merupakan salah satu prereading skill yg hubungannya adalah: anak jadi tahu dan paham bahwasanya huruf-huruf itu bisa dilisankan. Anak mengetahui cara membalik halaman buku, arah membaca tulisan yang benar, dll.

*3. Kegemaran akan Bacaan*
Kegemaran atau motivasi membaca  adalah keinginan dan kesediaan anak untuk membaca. Salah satu upaya yg dapat kita lakukan agar minat baca mereka tinggi adalah dgn mendisplay buku2 mereka di rak buku yg mudah diambil. Kemudahan anak utk dekat dan mudah dgn "penampakan buku" akan lbh memungkinkan mereka mengambil dan membaca buku2nya, bukan 😊

*4. Keterampilan Mendengar (menyimak) dan Bernarasi*
Anak-anak yang memiliki keterampilan memyimak yg baik akan lebih mudah menceritakan kembali apa yang ia alami/lihat/dengar. Pada kemampuan ini diharapkan anak-anak mampu bercerita banyak hal ttg apa yg mereka alami dengan bahasanya sendiri.

*5. Kesadaran Fonologis*
Kesadaran fonologis adalah kemampuan utk mendengar dan mengidentifikasi bbg bunyi dlm kata-kata yg diucapkan. Misalnya, anak akan tahu bahwasanya 'kata' dengan 'mata' itu berbeda; 'sate' dengan 'satu' itu berbeda, dll.

*6. Pengenalan Huruf*
Kesiapan pramembaca ini memungkinkan seorang anak untuk mengenali huruf dan bunyinya, termasuk juga mengenali perbedaan huruf kapital dgn huruf kecil.

Selain itu, sebelum anak diajarkan membaca, tentunya kita perlu melihat kesiapan pada anak. Kemampuan-kemampuan kesiapan membaca pada anak yang harus dikembangkan ialah:
a.    kemampuan membedakan auditorial
Dalam hal ini, anak dapat memahami konsep volume (keras-pelan), tempo, tekanan, membedakan suara dalam alfabet, misal bunyi ‘d’ dan ‘t’.
b.    kemampuan diskriminasi visual
Dalam hal ini, anak dapat mengidentifikasi warna dasar, bentuk geometris, dan mampu menggabungkan objek berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran.
c.    kemampuan membuat hubungan suara dan simbol
Dalam hal ini, anak mampu mengaitkan bahwa huruf ‘b’ berbunyi ‘beh’ dan digunakan pada kata beruang, burung, dll.
d.    kemampuan perseptual motoris
Dalam hal ini, perkembangan motorik halus serta koordinasi mata dan tangan diharapkan sudah berkembang dengan baik.
e.    kemampuan bahasa lisan
Dalam hal ini, anak-anak juga harus dikembangkan kemampuan mendengarkan, mengingat, mengikuti petunjuk, mencatat detail, serta memahami ide.
f.     interpretasi gambar
Dalam hal ini, anak dapat menceritakan sebuah gambar dengan bahasanya sendiri.
g.    progresi dari kiri ke kanan
Dalam hal ini, anak diperkenalkan bahwa kegiatan membaca dilakukan dari arah kiri ke kanan.
h.    kemampuan merangkai
Dalam hal ini, anak mampu mengulang cerita yang baru saja ia dengar atau merangkai sebuah potongan gambar dengan tepat.
i.    penggunaan bahasa verbal
Dalam hal ini anak mampu terlibat dalam sebuah percakapan, juga bermain peran.
j.    lateralisasi
Anak mampu membedakan tangan kanan dan tangan kiri serta kaki kanan dan kaki kiri.

Bunda, selain memperhatikan  kemampuan kesiapan anak dalam proses membaca, tentunya kita perlu memperhatikan pula metode yang digunakan dalam mengajarkan anak membaca. Tentu sulit bagi anak mengenal sesuatu yang bersifat abstrak tersebut. Dalam hal ini, saya pribadi menyukai Metode Montessori dalam mengajarkan anak membaca. Metode ini memiliki beberapa perbedaan dari metode membaca pada umumnya, diantaranya:
a.    Anak tidak serta-merta diberikan alat tulis untuk langsung menulis di buku, namun dikenalkan dengan paparan prewriting dan prereading skills terlebih dahulu, seperti permainan I spy, mendengar dan menyanyikan phonic songs, sambung kata, ulang kalimat, mendefinisikan benda, dll.
b.    Pembelajaran dalam membangun kata menggunakan kata-kata yang bermakna, seperti ‘mata’ ‘kaki’ dll, bukan ‘ba-bi-bu’ ‘ta-ti-tu’.
c.    Anak dikenalkan dari hal konkrit ke abstrak.
d.    Anak dikenalkan dengan phonic sebagai dasar menyusun kata. Misalnya, bunyi huruf ‘b’ adalah ‘beh’ sehingga saat anak menyusun sebuah kata ia tidak akan rancu. Contoh, jika kita mengenalkan dengan bunyi a-be-ce-de-e-ef-ge maka ‘b-a-t-u’ harusnya ditulis anak menjadi be-a-te-u (beateu).

*Tahapan Kegiatan Membaca dan Menulis dalam Metode Montessori*
1. Kegiatan prewriting dan prereading melalui permainan I spy, mendengar dan menyanyikan phonic songs, sambung kata, ulang kalimat, mendefinisikan benda, dll.
2. Menggunakan material metal inset (gambar terlampir) untuk mengembangkan kontrol dan gerakang tangan anak saat menulis, memberi pengalaman gerakan berlawanan arah jarum jam (hal ini berkaitan dengan banyaknya huruf yang ditulis dengan arah berlawanan jarum jam), membuat garis dan warna, dll. 
3.    Menggunakan material sandpaper letter (gambar terlampir)
untuk mengenalkan anak pada (lambang) huruf a-z. Dikenalkan pelan-pelan dan secara bertahap (3 huruf dikenalkan setelah ingat baru berpindah ke 3 huruf lainnya). Huruf yang dikenalkan boleh secara acak. Sandpaper ini bermanfaat untuk membangun kesan otot jari-jari tangan terhadap bentuk huruf, mengasosiasikan suara phonic dengan huruf, membangun kesan visual, mengingat bentuk huruf, juga mempelajari arah penulisan huruf.  
4.    Menggunakan material Large Moveable Alfabet /LMA (gambar terlampir) untuk anak berlatih menyusun sebuah kata dari pengalaman sebelumnya. Setelah anak mengenal seluruh huruf melalui sandpaper letter maka anak dapat menggunakan LMA ini sebagai sarana untuk membangun kata. Dalam membangun sebuah kata, anak diberikan benda-benda konkrit terlebih dahulu baru kemudian melalui kartu gambar. Contoh, anak diberi miniatur hewan sapi, dan tanyalah pada anak:
Orangtua: “apa ini?”
Anak: “sapi”
Orangtua “oke..ayo kita buat kata sapi, sssss (pinta anak mendengarkan phonics dan mengambil huruf tersebut lalu letakkan di sebelah miniatur sapi), dst
5. Menggunakan kartu gambar untuk membangun kata (caranya seperti pada no.4). Penggunaan kartu baca ini sebagai 'jembatan' bagi anak dari hal yang konkrit kepada sesuatu yang abstrak. Sehingga, anak mampu mengetahui bahwa 'objek' sapi sama dengan 'gambar' sapi dan tulisannya adalah 'sapi'.
6. Menggunakan kartu gambar dan tulisan. Jika pada no 4-5 merupakan tahapan membangun kata, maka pada tahap ini anak mencocokkan kata dengan gambar. 
7. Setelah anak mampu membangun kata maka orangtua dapat melanjutkannya dengan membaca frase, lalu kalimat dengan cara yang sama (menggunakan kartu gambar). 
8. Membaca buku sederhana yang kalimatnya pendek-pendek. Buku ini diawali dengan buku yang memiliki gambar besar-besar dan simple terlebih dahulu.

Dalam Metode Montessori masih banyak lagi hal yang diajarkan di area bahasa ini, seperti pengenalan kata benda, kata sifat, diftong, dll. Selanjutnya kita diskusi saja yuk. Semangat belajar ✊🏽  

Sumber:
Broemley, K.D. 1992. Languange Arts: Exploring Connections. Boston: Allyn and Bacon.
Wolfgang, C.H., and Wolfgang M.E. 1999. School for young children: developmentally approriate practice. Boston: Allyn and Bacon.
Dhieni, Nurdiana, dkk. 2013. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.

You May Also Like

1 komentar

Follow Us @ameera_syakira