[Review Kelompok 1] Fase-fase dalam fitrah seksualitas

by - Wednesday, September 26, 2018



Menurut Ustadz Harry Santosa, fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa, dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai seorang lelaki sejati, atau sebagai perempuan sejati.

Fase seksualitas pada anak dibagi menjadi fase-fase sebagai berikut:
1. Fase oral (0-2 tahun): nikmat saat menghisap puting susu ibu.
2. Fase anal (2-4 tahun): merasa nikmat saat mengeluarkan feses dari anus.
3. Fase phallic (4-7 tahun): anak mulai memegang alat kelamin.
4. Fase genital (8-12 tahun): mulai tertarik pada lawan jenis.

Tahap pendidikan seksualitas pada anak sesuai usianya sebagai berikut:
1. Tahap usia 1-5 tahun: kenalkan anggota tubuh secara detail.
2. Tahap usia 5-10 tahun: jawab pertanyaan anak secara benar.
3. Tahap usia 10-12 tahun: kenalkan tentang haid, mimpi basah, dan perubahan fisik.

Menurut salah seorang psikolog sekaligus seksolog bernama Baby Jim, kurangnya pengetahuan seksual pada anak akan memicu keingintahuan berlebih pada anak,terutama jika anak tersebut telah menginjak remaja. Anak-anak, khususnya remaja,rentan terhadap informasi yang salah mengenai seks.
Oleh karena itu, pendidikan seks berdasarkan usia anak sangat diperlukan. Prakteknya adalah :

a. Usia 0-2 tahun
Sesuai kebutuhan anak untuk menyusu, pada usia ini anak didekatkan pada ibunya.

b. Usia 3-6 tahun
Anak laki-laki dan perempuan didekatkan dengan ayah dan ibunya secara seimbang agar dapat memastikan identitas seksualnya.
Anak laki-laki dapat mengatakan “Aku adalah anak laki-laki seperti ayah, “ dan anak perempuan dapat mengatakan “Aku adalah anak perempuan seperti ibu. “
Apabila anak tidak jelas menyatakan identitas gender di usia ini, maka potensi awal homoseksual dan penyimpangan seksualitas lainnya sudah dimulai.

c. Usia 7-10 tahun
Anak laki-laki didekatkan dengan ayah, diajak sholat berjama’ah, diajak bermain dengan ayah, diberi nasihat tentang kepemimpinan dan cinta, dijelaskan tata cara mandi wajib dan konsekuensi memiliki sperma.
Anak perempuan didekatkan dengan ibu, diajari tentang peran keperempuanan dan peran keibuan, dijelaskan tentang konsekuensi adanya rahim dan telur yang siap dibuahi.
Apabila sosok ayah dan ibu tidak hadir pada tahap ini, maka potensi homoseksual dan kerentanan penyimpangan seksualitas semakin menguat.

d. Usia 10-14 tahun
Dilakukan pemisahan kamar antara anak laki-laki dan perempuan.
Diberikan warning keras jika anak tidak mengenal Tuhan secara mendalam, misalkan jika meninggalkan sholat.
Anak laki-laki didekatkan dengan ibu agar dapat memahami secara empati sosok wanita terdekatnya, bagaimana harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata perempuan. Ibu menjadi sosok ideal pertama dan tempat curhat bagi anak laki-laki.
Anak perempuan didekatkan dengan ayah agar dapat memahami secara empati sosok laki-laki terdekatnya, bagaimana harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata laki-laki. Ayah menjadi sosok ideal pertama dan tempat curhat anak perempuan.
Anak laki-laki yang tidak dekat dengan ibunya pada tahap ini tidak akan memahami bagaimana perasaan, fikiran, dan sikap perempuan. Berpotensi menjadi suami yang kasar dan egois.
Anak perempuan yang tidak dekat dengan ibunya pada tahap ini berpotensi menyerahkan kehormatannya pada laki-laki yang dianggap dapat menggantikan sosok ayahnya yang hilang.

Masalah yang dihadapi berkaitan dengan gender antara lain :
Kebanyakan orang tua masih menganggap pendidikan seks sebagai hal yang tabu untuk dibicarakan, akibatnya anak mencari tahu dari tempat lain.
Mudahnya akses diinternet tentang seksualitas/pornografi.
Kekerasan seksual terhadap anak.
Anak mengenal tentang pacaran.
LGBT dan eksposnya di media sosial.

Beberapa Solusi yang bisa ditempuh adalah :
Kesadaran orang tua untuk belajar tentang fitrah seksualitas.
Menerapkan fitrah seksualitas sesuai usia anak.
Menjalin hubungan yg baik dan terbuka antara orang tua dan anak.
Tidak menganggap tabu membahas perihal seksualitas, bagian mana yang perlu dijaga dari pandangan atau sentuhan orang.
Membentuk kepribadian berani menjaga diri sendiri.
Memberi pandangan tentang pacaran pada usia remaja dan kapan boleh mengenal lawan jenis lebih dekat sesuai ajaran agama.
Orang tua memberi contoh yang benar, misalkan dengan tidak telanjang di depan anak
Anak dibiasakan memakai pakaian sesuai gendernya.

Referensi:
Santosa, Harry. 2017. Fitrah Based Education. Yayasan Cahaya Mutiara Timur.

Indonesia Belajar Parenting, https://m.facebook.com/indonesiaparenting/posts/487089238305266, diakses tanggal 19 September 2018.

Komunitas Institut Ibu Profesional. 2013. Bunda Sayang : 12 Ilmu Dasar Mendidik Anak. Jakarta : Gazza Media.

You May Also Like

0 komentar

Follow Us @ameera_syakira