*Menumbuhkan Budaya Membaca*

by - Wednesday, April 04, 2018

Cemilan ke 3


Rabu, 14 Maret 2018

*Menumbuhkan Budaya Membaca*

Budaya membaca adalah suatu sikap dan tidakan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan. Seseorang yang memiliki budaya membaca, artinya ia telah terbiasa menggunakan sebagian waktunya untuk membaca dalam waktu yang lama.

Adapun kebiasaaan masyarakat Indonesia dalam membaca dan menulis terbilang sangat rendah. Berdasarkan studi “Most Literate Nation In the World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat baca. Indonesia tepat berada di bawah Thailand.

Rendahnya budaya baca masyarakat Indonesia ini bisa dilihat dari jumlah buku baru yang terbit di negeri ini, yaitu sekitar 8000 judul/tahun. Bandingkan dengan Malaysia yang menerbitkan 15.000 judul/tahun, Vietnam 45.000 judul/tahun sedangkan Inggris menerbitkan 100.000 judul/tahun. Kesenjangan budaya baca ini akan semakin terlihat kalau dibandingkan dengan Jepang.

Seperti disampaikan Adrianus, pada _World Book Day_ , 23 April lalu, data Bank Dunia menunjukkan minat baca anak Indonesia sekitar 51,7 persen, lebih rendah dari Filipina 52,6 persen, Thailand 65,1 persen, Singapura 74 persen, dan Jepang 82,3 persen.



Apa yang menjadi penyebab budaya baca masyarakat Indonesia rendah?



🍀Membaca tidak dibiasakan sejak dini baik oleh orang tua maupun oleh guru yang akhirnya  membaca tidak menjadi budaya bangsa.



🍀Kurangnya tempat atau akses membaca. Kalaupun ada, fasilitas dan buku-bukunya kurang memadai dari segi kuantitas dan kualitas.



🍀Kurangnya komitmen dan keramahan dalam memberikan pelayanan.



🍀Mahalnya buku bacaan sehingga buku tidak menjadi prioritas.



Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia juga terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Di setiap tempat mulai cafe, halte bus, stasiun kereta, bandara, taman dan area publik lainnya kita jarang melihat orang membaca, mereka lebih banyak ngobrol, main HP, atau bengong sambil melamun. 

Paparan di atas menunjukkan bahwa masyarakat kita lebih dekat dengan budaya tutur (oral tradition) daripada budaya baca. Di tengah kuatnya budaya tutur, tiba-tiba datang teknologi audio visual yang menyajikan berbagai macam hiburan yang tidak saja didengar tetapi juga dilihat. Kondisi ini semakin menjauhkan masyarakat terhadap budaya baca, karena budaya menonton dan mendengar jauh lebih mudah dan lebih menyenangkan daripada budaya baca.



Bagaimana membangun masyarakat agar senang dengan membaca sekarang dan ke depannya?

🌸Kita harus mengubah mind set  bahwa untuk membangun bangsa yang kuat dan cerdas kita harus memulainya dengan literasi, menumbuhkan minat membaca, yang akhirnya menjadi budaya baca. Mulai dari keluarga atau lembaga pendidikan.

Memulai kebiasaan 15 menit membaca buku nontext pelajaran di sekolah, sesuai dengan Peraturan Mendikbud Nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti melalui kewajiban membaca buku nontext pelajaran 15 menit sebelum kegiatan belajar.

🌸Memperbanyak tempat–tempat baca baik yang dilakukan oleh komunitas atau pemerintah.

🌸Bagi pengelola tempat baca, harus mengedepankan pelayanan yang baik dan ramah. 3S senyum, sapa dan salam.

🌸Perlunya dukungan pemerintah dan penerbit untuk mempermudah ketersediaan buku-buku

Kebebasan memilih bahan bacaan. Penelitian menyebutkan,  anak-anak menyukai prosa dibandingkan puisi, dan fiksi dibandingkan non fiksi. Perempuan lebih suka fiksi dibandingkan laki-laki. Laki-laki membaca lebih banyak biografi dan sejarah dibandingkan perempuan. Perempuan menyukai kisah tentang dirinya, dan novel mengenai etika dan kehidupan sehari-hari (Clearly, 1939 p 120; Coxw 1932, p.11 dalam Stauffer, 2007). 



Bagaimana memulai budaya baca di rumah?

⭐Lakukan pada saat yang tepat. Terapkan waktu baca yang teratur tapi fleksibel. Bisa pada saat sebelum tidur atau saat waktu senggang.

⭐Tak usah lama-lama. Mulailah dengan 30 detik saja lalu pelan-pelan tingkatkan.

⭐Mengeksplorasi buku bacaan yang ada

⭐Pilih dengan bijak. Carilah buku sesuai dengan usia dan kebutuhan agar tidak merasa bosan.

⭐ Khusus untuk anak-anak, bisa memberikan buku yang sama setiap hari. Memberikan buku baru setiap hari bisa membingungkan. Jadi buatlah perpustakaan mini, tak lebih dari delapan buku yang dibaca berulang-ulang. Dia akan belajar mengenali buku, memilih buku favorit dan akhirnya Ibu bisa disodori buku untuk "reading aloud".

⭐Cobalah kreatif. Nyanyikan kata-kata di buku atau peragakan.

⭐Lupakan kata-kata. Untuk anak yang lebih kecil fokus saja pada gambarnya. Beri nama hewan-hewan di gambar itu. Jadikan waktu membaca menjadi seru.



Apa yang perlu disiapkan untuk mendirikan rumah baca?



💥Semangat dan komitmen karena kalau tidak, biasanya tidak bertahan lama (tidak sustainable)

💥Tempat. Tempat yang setidaknya bisa untuk duduk bercerita atau meletakan rak buku. Tidak harus besar untuk langkah awal.

💥Memulai dengan 10 buku pun cukup. Penambahan buku tidak harus langsung banyak tapi bertahap. Jika sebulan hanya mampu menambah 5 buku maka carilah cara yang menarik untuk menampilkan buku tersebut. Jangan langsung dipajang tapi bisa dengan menceritakan di depan anak satu buku per pekan agar terlihat selalu ada yang baru setiap pekannya.

 _Tim Fasilitator Bunsay3_
--------
Sumber  Pustaka

Wawancara dengan Haerul Affandi, Duta cerita Solo (The Habibie Center) 2017

Parenting Indonesia, Masa Tumbuh 0-12 tahun, Irene Koesoetjahjo, PT Dinamika Media Internasional, Mei, 2010

Tulisan Ega Andina “ Memotivasi Minat Baca”, dimuat dalam Majalah Info Singkat (Vol. VIII No.22/II/P3DI/November/2016) . Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI .ISBN 2088-2351

http://gpmb.perpusnas.go.id/index.php?module=artikel_kepustakaan&id=42

K Kamsul ; Strategi  Pengembangan dan Minat Gemar Membaca : e-dokumen.kemenag.go.id/files/G4pKDLun1338123296.pdf

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/04/20/o5xr06282-minat-baca-anak-indonesia-jauh-lebih-rendah-dari-jepang


You May Also Like

0 komentar

Follow Us @ameera_syakira