*The sky is the limit*.

by - Friday, August 31, 2018

Camilan 9.1
Rabu, 1 Juli 2018

*The sky is the limit*.

Istilah diatas tampaknya tepat untuk menggambarkan tentang kreativitas. Kreativitas tak lepas dari kehidupan kita sehari-hari. 
Kreativitas juga akan menentukan bobot atau kualitas solusi yang dihasilkannya dalam menghadapi masalah. Siapa sih yang tidak punya masalah? Selama kita masih hidup di dunia ini, jangan pernah berharap tidak punya masalah. Berikut adalah tipsnya

Tips Mengatasi Kegagalan Secara Kreatif

💡 Menyadari atas kegagalan yang terjadi. Ketika gagal, jangan hanya merasakan sakitnya atau kekecewaan secara berlarut-larut. Rasakan sewajarnya lalu segera sadari bahwa usaha Anda tengah gagal. Kesadaran akan membuka pintu.

💡 Mengetahui apa yang bisa kita pelajari dari kegagalan. Ini akan terjadi apabila Anda sudah menyadari. Jika Anda membiarkan rasa kecewa bertahan, pasti Anda akan sulit menemukan pelajaran penting yang bisa Anda petik dari kegagalan itu.

💡 Mengetahui apa yang bisa Anda lakukan dengan cara yang berbeda. Setelah mendapatkan pelajaran, buatlah program atau action plan yang riil dan aktual.


💡Mencipatakan usaha lagi. Lakukan sesuatu. Kegagalan tidak akan membuahkan kesuksesan kecuali kita melakukan sesuatu. Pikiran dan rencana kreatif tidak berguna jika tidak ada tindakan.

💡Membuang sikap pasrah kalah di depan kenyataan. Perkuat iman dan rasa percaya diri bahwa apa yang Anda lakukan saat ini pasti akan membuahkan hasil di kemudian hari. Tidak ada usaha manusia yang sia-sia.

💡Terus mengharapkan kesuksesan, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, baik di dunia maupun di akhirat. Harapan adalah sumber kehidupan. Berdoa adalah wajib dan menjadi ciri penting orang yang beriman.

Bila merujuk pada ajaran agama, jiwa-jiwa kreatif ini termasuk substansi keimanan. Cendekiawan besar, Prof. Nurcholish Madjid (1995) pernah menulis bahwa orang beriman itu adalah orang yang di dalam dirinya terdapat jaminan Tuhan. Jaminan ini kemudian berimplikasi pada sikap hidup yang anti menyerah kalah, anti pesimistis, tidak kreatif, atau putus harapan.

Sejatinya, bila diletakkan dalam konteks kehidupan nyata, agama diturunkan untuk tujuan pembentukan karakter (akhlak), bukan hanya sebatas hafalan dan teknik saja.

Jadi, yuk, mulai sekarang kita tularkan adab dan akhlak kepada orang-orang yang kita sayangi.

Sumber bacaan:
Latuconsina, Hudaya. Pendidikan Kreatif Menuju Generasi Kreatif dan Kemajuan Ekonomi Kreatif di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta, 2014.
Madjid, Nurcholish. Pintu-pintu Menuju Tuhan. Paramadina. Jakarta, 1995.

You May Also Like

0 komentar

Follow Us @ameera_syakira